Sunday 7 February 2016

Cyanida dalam secangkir kopi

Penyelidikan tentang pembunuhan menggunakan cyanida yang dimasukkan kedalam secangkir kopi dan sempat diminum oleh sang korban sampai meninggal dunia menurut pendapat saya kurang lengkap.

Saya mengikuti peristiwa ini hanya dari tayangan-tayangan media masa, oleh sebab itu saya juga akan menilai dari apa yang terlihat dalam tayangan tersebut.

Yang banyak ditayangkan dalam media-media adalah peristiwa yang terjadi sekitar PERACUNAN DENGAN ASUMSI  DATANGNYA CYANIDA TERSEBUT DARI LUAR CAFE. Apakah tidak mungkin cyanida itu masuk atau dimasukkan dalam kopi yang akan disuguhkan itu sudah terjadi dalam dapur cafe tersebut atau dalam perjalanan dari dapur sampai dimeja saji. 

Apakah sudah DIBUKTIKAN bahwa masuknya cyanida tersebut tidak terjadi dalam dapur ataupun dalam perjalanan dari dapur sampai kemeja saji.?

Kalau ini belum dilakukan berarti bahwa probability datangnya cyanida kedalam secangkir kopi tersebut masih fifty-fifty bisa dari luar atau dari dalam cafe.Oleh sebab itu penyelidikan kedalam-pun perlu dilakukan dengan intensitas yang sama.

Kalau yang saya lihat dari tayangan-tayangan media ini benar yaitu memang BELUM DIBUKTIKAN bahwa datangnya cyanida TIDAK DARI DALAM CAFE, maka penyelidikan tersangka pelaku kejahatan bisa keliru karena didasarkan pada ASUMSI bukan data lapangan yang lengkap. Asumsi hanya boleh dipakai pada tahap awal.  Pada saat akan diambil kesimpulan asumsi harus sudah dibuktikan kebenarannya, atau penyelidikan tersebut tidak boleh dikatakan ILMIAH.

Kerugian pada penyelidikan tidak ilmiah bisa membuat keputusan yang keliru. Karena kasus ini termasuk kriminal maka kekeliruan dalam penyelidikan dan akhirnya menimbulkan keputusan yang keliru berarti sengaja atau tidak sengaja  justru melindungi pelaku kejahatan.

Media masa yang menayangkan peristiwa ini seyogianya menayangkan penyelidikan kedalam juga kalau memang pernah dilakukan sehingga memberi pandangan yang adil kepada pemirsa.

Semoga tulisan ini berguna. 
 metalicon@live.com
 

Sunday 6 September 2015

Terobosan kemacetan melaluin dimensi waktu.

Pengunjung yang budiman,

Kali ini saya akan memuat surat yang saya tulis kepada Gubernur DKI Jaya mengenai terobosan menanggulangi kemacatan lalu lintas di Jakarta, silahkan nmembaca.




Kepada Yth. Gubernur DKI
Bapak Basuki Cahaya Purnama
di Jakarta
Mengamati penanggulangan kemacetan transportasi di Jakarta waktu ini saya melihat perlu dilakukan melalui dimensi lain yang belum pernah disentuh yaitu dimensi waktu.
Negara-negara Skandinavia, misalnya Swedia, mengalami hari-hari tanpa matahari dimusim dingin selama 57 hari tetapi kehidupan tetap berjalan lancar-lancar saja. Dalam kondisi teknologi waktu ini kegiatan hari - hari tidak perlu lagi bergantung pada waktu matahari bersinar. Masalahnya hanya membiasakan saja. Mengingat Indonesia adalah Negara tropis mungkin justru kegiatan malam hari lebih nyaman dilakukan ketimbang siang hari. Juga untuk daerah-daerah lain kecuali Jakarta.
Demikian juga kalau kehidupan di Jakarta dibagi dua perioda,misalnya perioda pertama dari jam 00.60 - 18.00 dan perioda kedua jam 18.00 - 06.00 hari berikutnya maka otomatis transportasi dijalan akan berkurang banyak. Berarti memberikan waktu yang lebih panjang untuk memikirkan kebutuhan penambahan infrastruktur.
Di awali dengan DKI dan semua kantor Pemerintah diwajibkan membagi kegiatannya menjadi dua perioda.Tentu memerlukan perencanaan dan persiapan pelaksanaan yang lengkap. Termasuk sosialisasi kepada masyarakat.
Demikian gagasan sederhana mengenai terobosan kemacetan transportasi di Jakarta, semoga rencana Gubernur DKI untuk mengatasi kemacetan transportasi dapat teratasi secepatnya.  

Hormat saya,
Adhi Widjaja/Dosen

natahartakaadhi@yahoo.com

Sunday 9 August 2015

Dear readers,

I sent the following letter to the United Nation in order to straiten (in my opinion) the commemoration of the atomic bombing in Japan. If you like to response my passage please e-mail to : natahartakaadhi@yahoo.com Thank you.

Dear Sir,
I agree the commemoration of the atomic bombing in Japan to prevent from happening again, but it sounds hypocrite if it is conducted by the Japanese in Japan. Instead it should be done by the American in Washington DC. While Japan should commemorate the attacked on Pearl Harbor.
Peace on Earth would be achieved if every one would admit their own fault instead of showing pity for oneself that implies the blame to others.Thank you for your attention.

With great respect and regards,
Adhi Widjaja.



  

Wednesday 1 July 2015


SEMANGAT PERJUANGAN '45 BANGKIT KEMBALI







CATATAN KECIL:

TULISAN DALAM BANNER INI MERUPAKAN APRESIASI DARI YAYASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS PRESIDEN DAN PRESIDENT UNIVERSITY KEPADA MAHASISWA, KARYAWAN DAN PENGAJAR YANG MENGADAKAN KEGIATAN DENGAN SEMANGAT TINGGI BERTUJUAN MENDORONG:

PEMBANGUNAN PULAU – PULAU KECIL SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN WILAYAH NKRI DAN SEKALIGUS MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT.



SEMANGAT TINGGI TERSEBUT DITANDAI DENGAN:
·      MENGADAKAN PERTEMUAN – PERTEMUAN  SUKARELA TANPA PAKSAAN , TANPA PAMRIH, TANPA  IMBALAN, UNTUK MERANCANG CARA-CARA MENGIMPLEMENTASI -KAN TUJUAN SEPERTI TERSEBUT DIATAS.
·    TANPA MINTA FASILITAS YANG NYAMAN, DIRUANG SEMPIT DAN PENGAP PUN TIDAK MENJADI HALANGAN DALAM KEGIATAN TERSEBUT.
·    TANPA BATAS WAKTU LAYAKNYA PEGAWAI YANG DIGAJIH, MULAI RAPAT JAM 09.00 MALAMPUN TETAP BERJALAN DENGAN GAIRAH SEKALIPUN BADAN SUDAH LELAH, HAUS DAN LAPARPUN TIDAK TERELAKKAN.  BUKAN HANYA LAKI-LAKI YANG HADIR MELAINKAN PARA SRIKANDI PUN TIDAK MAU KETINGGALAN. JAM 09.00 BUKANLAH SATU PILIHAN MELAINKAN KETERSEDIAAN WAKTU YAITU SAAT KEGIATAN PERSEKOLAHAN SUDAH SELESAI SEMUANYA TINGGAL PARA SATPAM MULAI MENUTUP RUANGAN DAN MEMATIKAN LAMPU.





DALAM SKALA KECIL INILAH YANG TERLIHAT SEBAGAI BANGKITNYA SEMANGAT PERJUANGAN 1945 DI PRESIDENT UNIVERSITY.






URGENSIN DAN TEROBOSAN  
UNTUK MENGATASI KESULITAN PELAKSANAAN
 PEMBANGUNAN PULAU-PULAU KECIL NKRI
Analisis mengenai:“Apa urgensinya pembangunan pulau-pulau kecil di perbatasan Wilayah NKRI” dapat di-awali dengan peristiwa Pulau Ligitan dan Sipadan. Tidak ada konfrontasi yang membara tidak ada peperangan antar Negara, tahu-tahu pulau-pulau itu hilang saja karena Pengadilan International yang diberi mandat oleh kedua Negara  sengketa memutuskan kepemilikan jatuh ketangan Negara tetangga yang dianggap lebih peduli pada masyarakat setempat. Kerugian cukup besar menyangkut mental dan fisik, yaitu harga diri ternodai, kepercayaan masyarakat peduli tergoncang, wilayah kedaulatan NKRI berkurang, kekayaan alam fauna dan flora dan mineral di bawah laut lepas dari kepemilikan NKRI. Dalam jangka panjangnya bisa menyangkut potensi pengamanan yang merugikan  karena laksana pagar sudah ada yang bolong.
Disamping untuk menjaga agar tidak ada lagi pencaplokkan pulau-pulau kecil oleh Negara lain,  pembangunan pulau-pulau kecil dapat membuka lapangan kerja yang luas bagi golongan menengah kebawah sehingga membantu mensejahterakan rakyat kecil. Ini berarti mengurangi kesenjangan sosial yang memang seharusnya selalu diperjuangkan oleh satu Negara. Kesenjangan sosial yang terlampau besar dan dibiarkan dapat diartikan sebagai suatu pembiaran bentuk penjajahan dalam satu Negara oleh bangsanya sendiri, hal ini sangat jelas bertentangan dengan azas dari PANCASILA. Pembangunan Ekonomi NKRI memang hal utama, tetapi tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan Penekanan Kesenjangan Ekonomi masyarakat yang terjadi, agar dapat dikatakan Pembangunan Ekonomi yang PANCASILAIS. Prioritas yang sama perlu diberikan pada pembangunan yang berpotensi mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Salah satunya ialah pembangunan pulau – pulau kecil secara menyeluruh dan cepat.  Effek dari pembangunan pulau – pulau kecil itu baru terasa dan terlihat bila pembangunannya dilakukan secara kolosal dengan melibatkan seluruh potensi kekuatan yang dapat digali dari dalam masyarakat. 
Pembangunan pulau – pulau kecil secara menyeluruh akan menyumbangkan hal lain dari segi pengamanan di laut. Dengan jumlah nelayan yang pasti akan bertambah banyak dapat di-organisir dan diberdayakan sebagai Satpam Laut yang akan membantu menanggulangi pencurian ikan dan kekayaan laut lainnya, penyelundupan, pembajakkan di laut, dan kejahatan lainnya.
Nyata sekali bahwa pembangunan pulau-pulau di perbatasan dan pulau kecil lainnya itu sangat urgen, tidak bisa ditunda-tunda lagi kalau kita memang punya tekat membangun NKRI ini secara seutuhnya. Diperlukan kesadaran bagi kita semua bahwa NKRI terbentuk dari serangkaian pulau-pulau dan kawasan air yang saling berhubungan. Para Sasterawan yang memiliki visi kedepan menyadari sejak dahulu kala serta mengungkapkan dalam kata-kata: “Tanah Airku Indonesia Raya”. Bukan sekedar Tanah saja melainkan Tanah dan Air. Tanah dan Air itu yang membentuk satu kesatuan Indonesia Raya. Tanah dan Air perlu dikelola bersama karena itu merupakan hakikat wilayah Indonesia Raya. Strategi Pembangunan NKRI yang optimal perlu didasarkan atas hakikad dirinya, yaitu Negara yang berwilayah Tanah dan Air. Pembangunan yang terkonsentrasi pada daratan saja baru memanfaatkan setengah dari potensi NKRI.
Sebagian orang mengatakan tidak ada cukup dana untuk membangun pulau–pulau kecil secara keseluruhan.” Apa benar Indonesia Raya tidak punya cukup dana? Bukankah yang tidak cukup dipunyai itu adalah prioritasnya? Tidak ada cukup prioritas karena pembangunan pulau – pulau kecil return of investmentnya belum kelihatan dalam waktu pendek. Hal ini dipandang sebagai satu risiko untuk meletakkan pelaksanaannya pada prioritas tinggi. Bagi mereka yang betul-betul menyadari Urgensi Pembangunan Pulau-pulau kecil pasti punya kreativitas untuk menggali dana yang diperlukan karena memang masih ada dana yang terpendam.  Mereka akan berani melakukan Program Pembangunan yang revolusioner, tidak konvensional. Yang kolosal tidak kerdil.
Ada penulis yang mengatakan bahwa program yang berisiko masih menarik para pengusaha asal terlihat ada profit yang seimbang besarnya, karena pengusaha memang insan yang berani berisiko dengan mengandalkan perhitungan dan pengalamannya. Dengan kata lain program pembangunan pulau-pulau kecil yang dikemas dalam bentuk bisnis akan tetap menarik pengusaha untuk melakukannya dan inilah jalan untuk membuka pembangunan yang kolosal. 
Sebetulnya gagasan mengenai Pembangunan yang dikemas dalam bentuk bisnis ini pernah dikemukakan oleh Presiden Pertama NKRI, Almarhum Bung Karno, namun rupanya tidak
banyak orang yang menghayatinya. Dalam salah satu pidatonya yang disiarkan lewat RRI waktu itu, Bung Karno mengatakan: “Kalau Indonesia mau berhasil dalam Pembangunan, harus berani melakukan pembangunan secara simultan, pembangunan disegala bidang”. Memang sulit dipahami, banyak orang berpikir waktu itu APBN belum sebaik waktu ini. Apa mungkin melakukan hal yang demikian?
Selang beberapa tahun kemudian, terbit sebuah artikel yang ditulis oleh seorang Pengusaha besar dari Hongkong mengatakan: “ Kalau anda ingin mengembangkan satu daerah dengan sukses, tidak cukup hanya membangun perumahan yang baik saja. Anda perlu membangun pasar, restoran, sekolah, halte bus, tempat rekreasi, toko sandang dan lain-lain keperluan kehidupan manusia. Ini tidak sekedar memberi fasilitas kehidupan bagi penduduk daerah tersebut, yang terlebih penting ini akan meninbulkan potensi berinteraksi antar penduduk karena mereka saling membutuhkan. Interaksi ini menimbulkan bisnis. Pada waktu bisnis sudah berjalan maka daerah tersebut akan berkembang pesat dengan sendirinya”. Kalau hal ini diperbandingkan dengan pidato Bung Karno substansinnya sama. Pembanguna yang simultan memberikan potensi berbisnis yang akan mendorong berkembannya pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang dikemas dalam bentuk bisnis merupakan solusi untuk melakukan pembangunan yang kolosal.


Namun demikian ada kendala fisik yang perlu diatasi agar tidak menghambat pembangunan pulau-pulau kecil tersebut.
Kendala fisik terbesar yang dihadapi untuk membangun sebuah pulau di perbatasan dan pulau-pulau yang jauh lainnya adalah tidak adanya sarana transportasi yang memadai ke pulau tersebut. Orang menjadi enggan untuk sekedar datang saja ke suatu pulau yang harus ditempuh dengan susah payah. Kalau tidak ada yang mau datang ya siapa yang mau membangun?
Transportasi ke pulau kecil perlu pelabuhan. Membangun pelabuhan di tempat terpencil merupakan kegiatan dengan kesibukan yang besar. Hal tersebut dapat dimengerti karena harus mendatangkan peralatan berat dan bahan bakunya dari tempat yang jauh. Tenaga kerjanya yang berjumlah puluhan bahkan bisa ratusan orang juga harus diberangkatkan dari pulau-pulau besar dan harus tinggal di sana beberapa bulan tanpa tempat tinggal yang normal. Kesibukkannya memang luar biasa mengingat jumlah pulau yang perlu dibangun ribuan banyaknya. Jadi memang harus dicari terobosan mengatasi kendala fisik ini. Terobosan untuk mengatasi kesibukan yang luar biasa itu agar pembangunan berhasil.

TEROBOSAN KENDALA FISIK DALAM PEMBANGUNAN PULAU-PULAU KECIL
Akar masalah membangun sarana transportasi di pulau-pulau kecil seperti tersebut diatas adalah kesibukan yang terjadi di tempat yang letaknya terpencar-pencar, pada wilayah yang sangat luas dan tidak dipersiapkan sehingga pekerjaan akan sangat tidak efisien. Oleh sebab itu kalau kita mengerti bagaimana caranya menyatukan kegiatan tersebut di satu tempat dan mengkondisikan tempatnya supaya sesuai dengan kegiatan yang diperlukan, masalahnya akan dapat diatasi.

Dapatkah sebuah dermaga dicetak disatu pabrik dan setelah selesai seluruhnya dikirim kepulau yang memerlukan?
Dermaga terapung adalah sarana berlabuh bagi kapal dan pesawat terbang air yang dapat difabrikasikan. Dicetak dan setelah selesai ditarik dengan kapal tunda ke tempat tujuannya dan di-instal di sana. Tidak ada lagi hiruk-pikuk ditempat tujuan, semuannya sudah dikerjakan di pabrik yang letak dan design-nya memang sudah dirancang dengan baik.
Demikianlah urgensi dan solusinya atas pembangun pulau-pulau kecil.
CATATAN MENGENAI KELEBIHAN PRODUK DERMAGA TERAPUNG
1.      Dermaga terapung ini dapat dibuat dari bahan ferro-sement, baja, atau sterofoam, tergantung kebutuhan dan kondisinya ditempat tujuan. dicetak dalam Pabrik. 
2.      Produksi dalam jumlah yang cukup banyak akan dapat menekan harganya menjadi sangat rendah. Bisa mendekati harga bahan mentahnya.
3.      Design dan pelaksanaan kerja tidak terlalu sukar, artinya meskipun perlu ketelitian yang tinggi untuk menjamin keandalannya, tetapi tidal termasuk high tech. Bahkan ada perusahaan asing yang dapat membimbing / kerja sama / memberikan lisensi untuk pabrik di Indonesia. Tenaga ahli maupun tenaga teknik menengah dalam bidang Sipil, Listrik dan Mesin di Indonesia cukup banyak dan berkualitas untuk mendukung hal ini, yaitu membuat pabrik dan memproduksi dermaga terapung di Indonesia.
4.      Pengerjaannya relatip cepat karena mencetak dapat dilakukan dengan mesin dan pada tempat yang paling ideal yaitu di pabrik bukan dilokasi yang serba tidak teratur dan tersebar di mana-mana.
5.      Bahan mentah juga cukup banyak di dalam Negeri, mungkin 90% lokal.
6.      Peralatan pendukung darmaga yang diperlukan dalam kegiatan operasionalnya misalnya genset, pengkabelan listrik, panel-panel listrik, lampu-lampu, pompa air, pipa-pipa air, tangki minyak dan lain-lain instalasi dapat sudah disiapkan di pabrik pada tempat yang sudah dirancang. Tidak perlu lagi banyak pengerjaan tambahan sesudah darmaga dicetak. Berarti sangat mempercepat dan menurunkan biaya finishing di lokasi tujuan. Kraan untuk bongkar–muat barang dari kapal dapat disediakan alurnya (reel).
7.      Kendaraan sebesar truk 10 ton dapat melewati darmaga yang berukuran besar sehingga cukup memfasilitasi arus keluar masuknya barang.
8.      Transportasi ketempat tujuan di mana dermaga tsb. akan dipasang relatip murah karena dapat terapung dilaut tinggal ditarik oleh kapal tunda. Mungkin lebih murah dibandingkan dengan biaya angkut bahan mentah saja.
9.      Pemasangan pada daerah yang akan ditempati tidak perlu fondasi yang terlampau luas mengingat dermaganya terapung diatas air.
10.  Dapat mengikuti pasang surutnya air laut atau sungai besar, sehingga memudahkan kapal yang merapat untuk bongkar muat atau menurunkan penumpang karena tinggi kapal terhadap darmaga konstan meskipun airnya sedang pasang atau surut.
11.  Dapat dipersiapkan menjadi dermaga tempat bersandar Pesawat Terbang-air yang pesawatnya dapat dikerjakan didalam Negeri. Pada bagian lainnya tetap untuk mendarat kapal sehingga dapat terintegrasi antara transportasi laut dan udara.
12.  Dalam keadaan yang sangat dibutuhkan bagian yang terapung dapat dilepaskan dan dipasang di lain tempat.

Sunday 8 February 2015

Membangun dengan semangat Perjuangan.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air Indonesia Raya,

Perkenankan saya mengajak kita semua mulai mem-preoritaskan bekerja ikut melaksanakan Pembangunan Negara dan meminimalisir kegiatan - kegiatan yang justru dapat menghabat pembangunan Negara. Semakin cepat Negara kita menjadi kuat dan makmur semakin cepat pula kita dan anak cucu  semua menikmati kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Bukankah kehidupan yang nyaman dan sejahtera inilah yang di-harapkan oleh kita semua?

Terima kasih, wassalaam,
A.W.