CATATAN KECIL:
TULISAN
DALAM BANNER INI MERUPAKAN APRESIASI DARI YAYASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS
PRESIDEN DAN PRESIDENT UNIVERSITY KEPADA MAHASISWA, KARYAWAN DAN PENGAJAR YANG
MENGADAKAN KEGIATAN DENGAN SEMANGAT TINGGI BERTUJUAN MENDORONG:
PEMBANGUNAN
PULAU – PULAU KECIL SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN WILAYAH NKRI DAN SEKALIGUS
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT.
SEMANGAT
TINGGI TERSEBUT DITANDAI DENGAN:
·
MENGADAKAN PERTEMUAN – PERTEMUAN SUKARELA TANPA PAKSAAN , TANPA PAMRIH, TANPA IMBALAN, UNTUK MERANCANG CARA-CARA
MENGIMPLEMENTASI -KAN TUJUAN SEPERTI TERSEBUT DIATAS.
· TANPA MINTA FASILITAS YANG NYAMAN, DIRUANG SEMPIT DAN PENGAP
PUN TIDAK MENJADI HALANGAN DALAM KEGIATAN TERSEBUT.
· TANPA BATAS WAKTU LAYAKNYA PEGAWAI YANG DIGAJIH, MULAI RAPAT
JAM 09.00 MALAMPUN TETAP BERJALAN DENGAN GAIRAH SEKALIPUN BADAN SUDAH LELAH,
HAUS DAN LAPARPUN TIDAK TERELAKKAN. BUKAN
HANYA LAKI-LAKI YANG HADIR MELAINKAN PARA SRIKANDI PUN TIDAK MAU KETINGGALAN.
JAM 09.00 BUKANLAH SATU PILIHAN MELAINKAN KETERSEDIAAN WAKTU YAITU SAAT
KEGIATAN PERSEKOLAHAN SUDAH SELESAI SEMUANYA TINGGAL PARA SATPAM MULAI MENUTUP
RUANGAN DAN MEMATIKAN LAMPU.
DALAM SKALA KECIL INILAH YANG
TERLIHAT SEBAGAI BANGKITNYA SEMANGAT PERJUANGAN 1945 DI PRESIDENT UNIVERSITY.
URGENSIN
DAN TEROBOSAN
UNTUK
MENGATASI KESULITAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN PULAU-PULAU KECIL NKRI
Analisis
mengenai:“Apa urgensinya pembangunan pulau-pulau kecil di perbatasan Wilayah NKRI”
dapat di-awali dengan peristiwa Pulau Ligitan dan Sipadan. Tidak ada
konfrontasi yang membara tidak ada peperangan antar Negara, tahu-tahu
pulau-pulau itu hilang saja karena Pengadilan International yang diberi mandat
oleh kedua Negara sengketa memutuskan
kepemilikan jatuh ketangan Negara tetangga yang dianggap lebih peduli pada
masyarakat setempat. Kerugian cukup besar menyangkut mental dan fisik, yaitu harga
diri ternodai, kepercayaan masyarakat peduli tergoncang, wilayah kedaulatan
NKRI berkurang, kekayaan alam fauna dan flora dan mineral di bawah laut lepas
dari kepemilikan NKRI. Dalam jangka panjangnya bisa menyangkut potensi pengamanan
yang merugikan karena laksana pagar
sudah ada yang bolong.
Disamping
untuk menjaga agar tidak ada lagi pencaplokkan pulau-pulau kecil oleh Negara
lain, pembangunan pulau-pulau kecil
dapat membuka lapangan kerja yang luas bagi golongan menengah kebawah sehingga
membantu mensejahterakan rakyat kecil. Ini berarti mengurangi kesenjangan
sosial yang memang seharusnya selalu diperjuangkan oleh satu Negara. Kesenjangan
sosial yang terlampau besar dan dibiarkan dapat diartikan sebagai suatu pembiaran
bentuk penjajahan dalam satu Negara oleh bangsanya sendiri, hal ini sangat
jelas bertentangan dengan azas dari PANCASILA. Pembangunan Ekonomi NKRI memang
hal utama, tetapi tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan Penekanan
Kesenjangan Ekonomi masyarakat yang terjadi, agar dapat dikatakan Pembangunan
Ekonomi yang PANCASILAIS. Prioritas yang sama perlu diberikan pada pembangunan
yang berpotensi mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Salah satunya
ialah pembangunan pulau – pulau kecil secara menyeluruh dan cepat. Effek dari pembangunan pulau – pulau kecil
itu baru terasa dan terlihat bila pembangunannya dilakukan secara kolosal
dengan melibatkan seluruh potensi kekuatan yang dapat digali dari dalam
masyarakat.
Pembangunan
pulau – pulau kecil secara menyeluruh akan menyumbangkan hal lain dari segi
pengamanan di laut. Dengan jumlah nelayan yang pasti akan bertambah banyak
dapat di-organisir dan diberdayakan sebagai Satpam Laut yang akan membantu menanggulangi
pencurian ikan dan kekayaan laut lainnya, penyelundupan, pembajakkan di laut, dan
kejahatan lainnya.
Nyata
sekali bahwa pembangunan pulau-pulau di perbatasan dan pulau kecil lainnya itu
sangat urgen, tidak bisa ditunda-tunda lagi kalau kita memang punya tekat membangun
NKRI ini secara seutuhnya. Diperlukan kesadaran bagi kita semua bahwa NKRI
terbentuk dari serangkaian pulau-pulau dan kawasan air yang saling berhubungan.
Para Sasterawan yang memiliki visi kedepan menyadari sejak dahulu kala serta
mengungkapkan dalam kata-kata: “Tanah Airku Indonesia Raya”. Bukan sekedar
Tanah saja melainkan Tanah dan Air. Tanah dan Air itu yang membentuk satu
kesatuan Indonesia Raya. Tanah dan Air perlu dikelola bersama karena itu
merupakan hakikat wilayah Indonesia Raya. Strategi Pembangunan NKRI yang
optimal perlu didasarkan atas hakikad dirinya, yaitu Negara yang berwilayah
Tanah dan Air. Pembangunan yang terkonsentrasi pada daratan saja baru
memanfaatkan setengah dari potensi NKRI.
Sebagian
orang mengatakan tidak ada cukup dana untuk membangun pulau–pulau kecil secara keseluruhan.”
Apa benar Indonesia Raya tidak punya cukup dana? Bukankah yang tidak cukup dipunyai
itu adalah prioritasnya? Tidak ada cukup prioritas karena pembangunan pulau –
pulau kecil return of investmentnya belum kelihatan dalam waktu pendek. Hal ini
dipandang sebagai satu risiko untuk meletakkan pelaksanaannya pada prioritas
tinggi. Bagi mereka yang betul-betul menyadari Urgensi Pembangunan Pulau-pulau
kecil pasti punya kreativitas untuk menggali dana yang diperlukan karena memang
masih ada dana yang terpendam. Mereka
akan berani melakukan Program Pembangunan yang revolusioner, tidak konvensional.
Yang kolosal tidak kerdil.
Ada penulis yang
mengatakan bahwa program yang berisiko masih menarik para pengusaha asal
terlihat ada profit yang seimbang besarnya, karena pengusaha memang insan yang
berani berisiko dengan mengandalkan perhitungan dan pengalamannya. Dengan kata
lain program pembangunan pulau-pulau kecil yang dikemas dalam bentuk bisnis
akan tetap menarik pengusaha untuk melakukannya dan inilah jalan untuk membuka
pembangunan yang kolosal.
Sebetulnya gagasan
mengenai Pembangunan yang dikemas dalam bentuk bisnis ini pernah dikemukakan
oleh Presiden Pertama NKRI, Almarhum Bung Karno, namun rupanya tidak
banyak orang yang
menghayatinya. Dalam salah satu pidatonya yang disiarkan lewat RRI waktu itu,
Bung Karno mengatakan: “Kalau Indonesia mau berhasil dalam Pembangunan, harus berani
melakukan pembangunan secara simultan, pembangunan disegala
bidang”. Memang sulit dipahami, banyak orang berpikir
waktu itu APBN belum sebaik waktu ini. Apa mungkin melakukan hal yang demikian?
Selang beberapa
tahun kemudian, terbit sebuah artikel yang ditulis oleh seorang Pengusaha besar
dari Hongkong mengatakan: “ Kalau anda ingin mengembangkan satu daerah dengan
sukses, tidak cukup hanya membangun perumahan yang baik saja. Anda perlu
membangun pasar, restoran, sekolah, halte bus, tempat rekreasi, toko sandang
dan lain-lain keperluan kehidupan manusia. Ini tidak sekedar memberi fasilitas
kehidupan bagi penduduk daerah tersebut, yang terlebih penting ini akan
meninbulkan potensi berinteraksi antar penduduk karena mereka saling membutuhkan. Interaksi
ini menimbulkan bisnis. Pada waktu bisnis sudah berjalan maka daerah tersebut
akan berkembang pesat dengan sendirinya”. Kalau hal ini diperbandingkan dengan
pidato Bung Karno substansinnya sama. Pembanguna yang simultan memberikan
potensi berbisnis yang akan mendorong berkembannya pembangunan itu sendiri.
Pembangunan yang dikemas dalam bentuk bisnis merupakan solusi untuk melakukan
pembangunan yang kolosal.
Namun
demikian ada kendala fisik yang perlu diatasi agar tidak menghambat pembangunan
pulau-pulau kecil tersebut.
Kendala fisik
terbesar yang dihadapi untuk membangun sebuah pulau di perbatasan dan
pulau-pulau yang jauh lainnya adalah tidak adanya sarana transportasi yang
memadai ke pulau tersebut. Orang menjadi enggan untuk sekedar datang saja ke suatu
pulau yang harus ditempuh dengan susah payah. Kalau tidak ada yang mau datang
ya siapa yang mau membangun?
Transportasi ke pulau
kecil perlu pelabuhan. Membangun pelabuhan di tempat terpencil merupakan
kegiatan dengan kesibukan yang besar. Hal tersebut dapat
dimengerti karena harus mendatangkan peralatan
berat dan bahan bakunya dari tempat yang jauh. Tenaga kerjanya yang berjumlah
puluhan bahkan bisa ratusan orang juga harus diberangkatkan dari pulau-pulau
besar dan harus tinggal di sana beberapa bulan tanpa tempat tinggal yang
normal. Kesibukkannya memang luar biasa mengingat jumlah pulau yang perlu
dibangun ribuan banyaknya. Jadi memang harus dicari terobosan mengatasi kendala
fisik ini. Terobosan untuk mengatasi kesibukan yang luar biasa itu agar
pembangunan berhasil.
TEROBOSAN KENDALA FISIK DALAM PEMBANGUNAN PULAU-PULAU KECIL
Akar masalah
membangun sarana transportasi di pulau-pulau kecil seperti tersebut diatas adalah
kesibukan yang terjadi di tempat yang letaknya terpencar-pencar, pada wilayah
yang sangat luas dan tidak dipersiapkan sehingga pekerjaan akan sangat tidak
efisien. Oleh sebab itu kalau kita mengerti bagaimana caranya menyatukan
kegiatan tersebut di satu tempat dan mengkondisikan tempatnya supaya sesuai
dengan kegiatan yang diperlukan, masalahnya akan dapat diatasi.
Dapatkah sebuah
dermaga dicetak disatu pabrik dan setelah selesai seluruhnya dikirim kepulau
yang memerlukan?
Dermaga terapung
adalah sarana berlabuh bagi kapal dan pesawat terbang air yang dapat difabrikasikan.
Dicetak dan setelah selesai ditarik dengan kapal tunda ke tempat tujuannya dan
di-instal di sana. Tidak ada lagi hiruk-pikuk ditempat tujuan, semuannya sudah
dikerjakan di pabrik yang letak dan design-nya memang sudah dirancang dengan
baik.
Demikianlah
urgensi dan solusinya atas pembangun pulau-pulau kecil.
CATATAN MENGENAI KELEBIHAN PRODUK DERMAGA TERAPUNG
1.
Dermaga
terapung ini dapat dibuat dari bahan ferro-sement, baja, atau sterofoam,
tergantung kebutuhan dan kondisinya ditempat tujuan. dicetak dalam Pabrik.
2.
Produksi
dalam jumlah yang cukup banyak akan dapat menekan harganya menjadi sangat
rendah. Bisa mendekati harga bahan mentahnya.
3.
Design
dan pelaksanaan kerja tidak terlalu sukar, artinya meskipun perlu ketelitian yang
tinggi untuk menjamin keandalannya, tetapi tidal termasuk high tech. Bahkan ada
perusahaan asing yang dapat membimbing / kerja sama / memberikan lisensi untuk
pabrik di Indonesia. Tenaga ahli maupun tenaga teknik menengah dalam bidang
Sipil, Listrik dan Mesin di Indonesia cukup banyak dan berkualitas untuk
mendukung hal ini, yaitu membuat pabrik dan memproduksi dermaga terapung di
Indonesia.
4.
Pengerjaannya
relatip cepat karena mencetak dapat dilakukan dengan mesin dan pada tempat yang
paling ideal yaitu di pabrik bukan dilokasi yang serba tidak teratur dan
tersebar di mana-mana.
5.
Bahan
mentah juga cukup banyak di dalam Negeri, mungkin 90% lokal.
6.
Peralatan
pendukung darmaga yang diperlukan dalam kegiatan operasionalnya misalnya
genset, pengkabelan listrik, panel-panel listrik, lampu-lampu, pompa air,
pipa-pipa air, tangki minyak dan lain-lain instalasi dapat sudah disiapkan di pabrik
pada tempat yang sudah dirancang. Tidak perlu lagi banyak pengerjaan tambahan
sesudah darmaga dicetak. Berarti sangat mempercepat dan menurunkan biaya
finishing di lokasi tujuan. Kraan untuk bongkar–muat barang dari kapal dapat
disediakan alurnya (reel).
7.
Kendaraan
sebesar truk 10 ton dapat melewati darmaga yang berukuran besar sehingga cukup
memfasilitasi arus keluar masuknya barang.
8.
Transportasi
ketempat tujuan di mana dermaga tsb. akan dipasang relatip murah karena dapat
terapung dilaut tinggal ditarik oleh kapal tunda. Mungkin lebih murah
dibandingkan dengan biaya angkut bahan mentah saja.
9.
Pemasangan
pada daerah yang akan ditempati tidak perlu fondasi yang terlampau luas
mengingat dermaganya terapung diatas air.
10. Dapat mengikuti pasang surutnya air laut atau sungai besar,
sehingga memudahkan kapal yang merapat untuk bongkar muat atau menurunkan
penumpang karena tinggi kapal terhadap darmaga konstan meskipun airnya sedang
pasang atau surut.
11. Dapat dipersiapkan menjadi dermaga tempat bersandar Pesawat
Terbang-air yang pesawatnya dapat dikerjakan didalam Negeri. Pada bagian
lainnya tetap untuk mendarat kapal sehingga dapat terintegrasi antara
transportasi laut dan udara.
12. Dalam keadaan yang sangat dibutuhkan bagian yang terapung
dapat dilepaskan dan dipasang di lain tempat.